Thanks to: Pecinta Keluarga Diorama Sepasang Albanna

19 August 2015 at 10:00
oleh Mba Ari Nur


alhamdulillah.
satu kata ini mewakili semuanya. ada keharuan, setitik air yang menggantung di pelupuk, kupaksa jangan mengalir. ini membahagiakan, kenapa harus menangis? ketika kita sebagai keluarga besar sesama pecinta Ryan Fikri, mmm maksudnya Pak Ryan sekeluarga, tetap setia menanti kabar mereka.

alhamdulillah, Pak Ryan sehat, makin matang sebagai seorang pria dewasa. kalau ganteng nggak usah diulang, seluruh dunia sampai akhirat juga tahu. makin galak, apalagi menghadapi dunia yang makin menye-menye. nggak banyak berubah, masih tetep suka barang branded, semata menghargai orisinilitas sebuah karya. menghargai bagaimana desainernya mikir sampai pening. ia tahu betul rasanya mendesain, karena itu kerjaannya sehari-hari, hanya subjeknya saja yang berbeda. RF tetap alim dengan gayanya sendiri, karena menurutnya, Islam bukan sekadar simbol. Baju kokonya akan tetap satu untuk selamanya. Tawaran jadi dosen tetap banyak, dan tetap ditolak. Proyek sudah sampai negara tetangga.

alhamdulillah, Rifki sehat. sudah kelas empat SD. Sayang sama adik kembarnya, Rafi dan terutama Rara. Rifki banyak yang naksir, karena selain manis, juga loveable. Rara, meski baru 4 tahun, genitnya ampun-ampun. Suka shoping kayak bapaknya. Rafi pendiam, kalem kayak bapaknya tapi penuh muslihat. Paling suka menyembunyikan dompet dalam kulkas. Atau sembunyi dalam lemari saat semua orang tengah buru-buru mengejar pesawat.

Kantor Albanna sudah mengalami pergantian beberapa karyawan. Pak Harfan masih sebagai wakil direktur. Mbak Aning, Mbak Ilna udah keluar, kawin semua. Mas Evan keluar karena berantem terus sama Pak Harfan. Perang dingin sih, cuma bikin suasana jadi nggak enak. Belakangan, kabarnya Pak Harfan juga udah keluar, tapi masih perlu dikonfirmasi lagi.

Pak Harfan orangnya emang alim banget. Keras. Fanatik. Paling sering menegur karyawan Albanna kalau ada yang bandel. Tapi sebetulnya itu bentuk kasih sayang, sih. Ibunya punya toko di rumah. Toko kelontong gedeeee banget. Apa aja ada. Obat-obatan herbal gitu juga ada. Terus soal Naura, itu ternyata anak kecil umur 5 tahun. Tapi, kabarnya, itu bukan ponakan. Itu anaknya, tapi nggak tinggal bareng. Lah, Pak Harfan kan single kok bisa punya anak? *tepok jidat. Entahlah. Pak Harfan emang misterius. Orangnya sangat menghormati wanita, bahkan cenderung jaga jarak. Kabarnya pernah ada sesuatu ama Mba Siva. Loh, bukannya Mba Siva ama Pak Galih? Itu dia, complicated memang. Atau, Mba Sivanya yang ada sesuatu sama dia? Atau ini cuma kabar nggak jelas? Cinlok di proyek. aiiih ... Sutralah.

Kalo Mas Evan, hahahaaaa... ini dia si anak gaul yang makin lebay. Masih tetep car enthusiast, masih tetep fashionable, baik bajunya, maupun rambutnya. K-Pop banget, kwkwkw! Keren, sih! Kebalikannya Pak Harfan, gampang deket sama cewek, perhatiaaaan banget, enak buat curhat, makanya sering bikin cewek ge-er. Anehnya, malah jomblo terus. Mungkin karena bingung milih. Dibanding ke arsitek kayaknya lebih cenderung ke bisnis. Orangnya nggak sabaran. Nyebelin juga kadang-kadang. Hahahaaaa... Tapi dia sahabat yang baik.

Terus, sahabatnya Pak Ryan, siapa itu? Pak Jaka? Nggak tau gimana kabarnya. Semoga aja baik-baik saja.

Nggak nyangka, cerita tentang mereka mendapat tempat tersendiri di hati kita. Mungkin karena aku nyeritainnya dengan hati. Sampainya juga ke hati. Bener-bener apa adanya. Adanya begitu, ya begitu. Nggak kubikin-bikin gimanaaaa, gitu. Kehidupan bergulir. Kita tentu ingin tahu gimana kabar mereka. Tapi Pak Ryan cenderung menutupi, nggak suka kisah hidupnya dikepoin. Makanya beliau menolak tegas ketika aku minta diizinkan menulis kisah kelahiran si kembar, terus juga Kantor Albanna yang pastinya banyak mengalami perubahan. Terus kabar keluarga besar Albanna yang lain. Ya sudahlah. Biar semua berjalan dengan indah...


thanks, udah menempatkan kisah hidup mereka di sela rak buku kalian...
mewariskannya untuk anak cucu kelak...
thanks ...